Ketika membaca review drama di sebuah tabloid kalau proposal
daisakusen dibuat versi Koreanya, secara spontan saya langsung memandang
sebelah mata dengan drama remake yang berjudul operation proposal itu. Yah
berdasarkan pengalaman saya sih, biasanya kalau Korea me-remake drama Jepang,
hasilnya agak kurang memuaskan (menurut penilaian subyektif saya loh). Ditambah
lagi melihat wajah pemeran utama pria dalam drama remake ini yang bagi saya sih
wajahnya terlalu imut. Yah, terbiasa melihat wajah Yamapi yang agak-agak dekil
tapi manis *?*, mungkin jadi penyebab saya agak kurang sreg dengan pilihan
pemain utama pria dalam versi Koreanya.
Meskipun aga setengah hati tapi saya paksakan juga buat
mencari drama ini. Penasaran aja sih, soalnya di bawah review drama yang ada di
tabloid yang saya baca itu, ada tulisan yang mengatakan kalau ending versi Korea agak
berbeda dengan versi Jepangnya.
Setelah melahap 16 episode operation proposal, akhirnya
hanya menangis yang bisa saya lakukan. Eits, tangisan kali ini tumpah bukan
karena sedih melihat drama remake yang kurang memuaskan, justru sebaliknya,
drama ini dari segi cerita benar-benar memuaskan. Operation proposal berhasil
mematahkan anggapan saya bahwa drama remake Korea akan terasa membosankan.
Meski secara garis besar versi Korea hampir sama dengan versi
Jepangnya, tapi setiap alur yang disajikan terasa jauh lebih rapi dari drama
pendahulunya. Misalnya saja untuk kasus pria penolong yang bisa memberi
kesempatan kepada si tokoh utama pria untuk kembali ke masa lalunya. Dalam
versi Jepangnya pria itu adalah seorang peri penghuni gereja, sedangkan dalam
versi Koreanya, pria itu adalah roh ayah dari si tokoh utama pria. Bagi saya
terasa lebih masuk akal versi Koreanya, dibandingkan dengan versi Jepangnya
yang terasa benar-benar fantasi karena memunculkan sosok peri dalam kehidupan
nyata.
Mengenai pesan ‘moral’ pun, versi Korea bagi saya lebih mengena. Hal
itu terasa sekali menjelang episode-episode akhir. Saat-saat dimana si tokoh
utama pria mulai merasa bahwa meski berkali-kali bisa memperbaiki kesalahannya
di masa lalu, tapi pada kenyataannya wanita yang ia cintai tetap saja tak bisa
menjadi istrinya. Pada episode-episode akhir versi Korea penonton seakan
terseret-seret dalam keputusasaan si tokoh utama dalam mengambil setiap
keputusan. Apalagi untuk orang cengeng seperti saya, bisa dipastikan akan ada
banyak air mata yang keluar di episode-episode akhir ini *lebay..hehe*
Kesimpulannya sih kalau anda mencari drama gokil yang bisa
membuat anda terhibur melihat kekonyolan seorang Iwase Ken dalam mengungkapkan
cintanya kepada sahabat kecilnya yang bernama Yoshida Rei, maka saya sarankan anda
untuk menonton operation love alias proposal daisakusen. Dijamin deh, anda akan
terhibur melihat wajah cakep Yamapi *plak*, maksudnya anda akan terhibur oleh
nuansa komedi romantis yang disajikan drama ini.
Tapi kalau anda ingin menonton sebuah drama agak serius yang
membuat anda meneteskan air mata melihat pengorbanan Kang Baek Ho ketika
‘memilih’ takdir yang terbaik untuknya dan juga untuk Ham Yi Seul, maka drama
operation proposal akan menjadi saran saya.
Dan satu pelajaran besar dari drama ini (baik versi Jepang maupun versi Korea), sebagai manusia pergunakan waktu sebaik mungkin. Apa yang bisa kita lakukan atau ungkapkan hari ini, maka lakukan dan ungkapkan hari ini. Belum tentu ada hari esok atau kesempatan kedua bagi kita untuk melakukannya.
Well, drama versi apapun ternyata bukan sebuah masalah, yang
terpenting tentu adalah cara mengemas drama agar tidak terasa membosankan di
mata penonton. ^.^
0 komentar:
Posting Komentar