Jumat, 15 Juni 2012

Operation Love Or Operation Proposal?

Ketika membaca review drama di sebuah tabloid kalau proposal daisakusen dibuat versi Koreanya, secara spontan saya langsung memandang sebelah mata dengan drama remake yang berjudul operation proposal itu. Yah berdasarkan pengalaman saya sih, biasanya kalau Korea me-remake drama Jepang, hasilnya agak kurang memuaskan (menurut penilaian subyektif saya loh). Ditambah lagi melihat wajah pemeran utama pria dalam drama remake ini yang bagi saya sih wajahnya terlalu imut. Yah, terbiasa melihat wajah Yamapi yang agak-agak dekil tapi manis *?*, mungkin jadi penyebab saya agak kurang sreg dengan pilihan pemain utama pria dalam versi Koreanya.

Meskipun aga setengah hati tapi saya paksakan juga buat mencari drama ini. Penasaran aja sih, soalnya di bawah review drama yang ada di tabloid yang saya baca itu, ada tulisan yang mengatakan kalau ending versi Korea agak berbeda dengan versi Jepangnya.

Setelah melahap 16 episode operation proposal, akhirnya hanya menangis yang bisa saya lakukan. Eits, tangisan kali ini tumpah bukan karena sedih melihat drama remake yang kurang memuaskan, justru sebaliknya, drama ini dari segi cerita benar-benar memuaskan. Operation proposal berhasil mematahkan anggapan saya bahwa drama remake Korea akan terasa membosankan.

Meski secara garis besar versi Korea hampir sama dengan versi Jepangnya, tapi setiap alur yang disajikan terasa jauh lebih rapi dari drama pendahulunya. Misalnya saja untuk kasus pria penolong yang bisa memberi kesempatan kepada si tokoh utama pria untuk kembali ke masa lalunya. Dalam versi Jepangnya pria itu adalah seorang peri penghuni gereja, sedangkan dalam versi Koreanya, pria itu adalah roh ayah dari si tokoh utama pria. Bagi saya terasa lebih masuk akal versi Koreanya, dibandingkan dengan versi Jepangnya yang terasa benar-benar fantasi karena memunculkan sosok peri dalam kehidupan nyata.

Mengenai pesan ‘moral’ pun, versi Korea bagi saya lebih mengena. Hal itu terasa sekali menjelang episode-episode akhir. Saat-saat dimana si tokoh utama pria mulai merasa bahwa meski berkali-kali bisa memperbaiki kesalahannya di masa lalu, tapi pada kenyataannya wanita yang ia cintai tetap saja tak bisa menjadi istrinya. Pada episode-episode akhir versi Korea penonton seakan terseret-seret dalam keputusasaan si tokoh utama dalam mengambil setiap keputusan. Apalagi untuk orang cengeng seperti saya, bisa dipastikan akan ada banyak air mata yang keluar di episode-episode akhir ini *lebay..hehe*

Kesimpulannya sih kalau anda mencari drama gokil yang bisa membuat anda terhibur melihat kekonyolan seorang Iwase Ken dalam mengungkapkan cintanya kepada sahabat kecilnya yang bernama  Yoshida Rei, maka saya sarankan anda untuk menonton operation love alias proposal daisakusen. Dijamin deh, anda akan terhibur melihat wajah cakep Yamapi *plak*, maksudnya anda akan terhibur oleh nuansa komedi romantis yang disajikan drama ini. 



Tapi kalau anda ingin menonton sebuah drama agak serius yang membuat anda meneteskan air mata melihat pengorbanan Kang Baek Ho ketika ‘memilih’ takdir yang terbaik untuknya dan juga untuk Ham Yi Seul, maka drama operation proposal akan menjadi saran saya.



Dan satu pelajaran besar dari drama ini (baik versi Jepang maupun versi Korea), sebagai manusia pergunakan waktu sebaik mungkin. Apa yang bisa kita lakukan atau ungkapkan hari ini, maka lakukan dan ungkapkan hari ini. Belum tentu ada hari esok atau kesempatan kedua bagi kita untuk melakukannya.

Well, drama versi apapun ternyata bukan sebuah masalah, yang terpenting tentu adalah cara mengemas drama agar tidak terasa membosankan di mata penonton. ^.^

0 komentar:

Posting Komentar

Design by BlogSpotDesign | Ngetik Dot Com