Jumat, 31 Agustus 2012

Bebas itu...






Saya sebenernya cenderung cuek dengan iklan yang ada di tv, engga pernah terlalu merhatiin, jadi kalau misalnya lagi nonton tv terus scenenya berganti iklan langsung deh saya cari chanel lain yang pas engga kebagian iklan.*hehe *

Tapi beberapa minggu ini, ada satu iklan yang cukup menarik perhatian saya. Setiap kali tuh iklan muncul, saya dengan setianya akan melototin tv plus pasang kuping lebar-lebar. Engga ada yang aneh-aneh banget sih ama iklannya. Cuma sebuah iklan simple yang kalau menurut saya memiliki banyak hal tersembunyi yang bisa ditafsirkan dengan berbagai macam makna (tergantung dari sudut pandang yang menonton).
Iklan yang saya maksud adalah sebuah iklan provider yang tengah menawarkan promo paket internet, dengan mengusung tema kebebasan. Dalam iklan ini ada beberapa kalimat si tokoh utama yang cukup menarik perhatian saya. Berikut ini petikannya:

BEBAS itu OMONG KOSONG :
Hidup ini cuma sekali, mumpung masih muda, kita BEBAS lakukan apa saja,
(heh..tertawa sinis) asal tidak sampai jam 10 malam
Katanya kita BEBAS berekspresi
(heh..tertawa sinis) selama rok masih di bawah lutut

Kalimat-kalimat di atas bagi saya sih menarik, karena kalimat-kalimat tadi memberikan gambaran pada saya tentang makna kebebasan dari sudut pandang yang berbeda dari yang selama ini saya yakini. Kalau saya pribadi sih menangkap kesan kalau si tokoh utama dalam iklan ini ingin memiliki sebuah kebebasan absolute, sehingga dia memandang sinis terhadap aturan-aturan yang baginya adalah pengekang kebebasannya.
Hmm.. tapi benarkan sebuah kebebasan bisa bernilai mutlak?

Seorang filosof terkenal, Karl Jaspers pernah berkata,
 “Freedom is never real as the liberty of individuals alone. Every man is free to the extent others are. Absolute independence is impossible. Where there is freedom it struggles with unfreedom, and if unfreedom were fully overcome through the elimination of all resistances freedom itself would cease”. (Kebebasan tidak pernah nyata sebagaimana kebebasan perorangan semata-mata. Setiap orang adalah bebas sejauh orang lain pun bebas pula. Kebebasan mutlak tidaklah mungkin. Di mana ada kebebasan selalu ada pertarungan dengan ketidakbebasan sepenuhnya diatasi dengan jalan meniadakan segala halangan-halangannya maka kebebasan itu sendiri akan hilang pula).
 
Kebebasan mutlak itu engga ada, karena kalau engga lagi ada aturan, manusia akan benar-benar bebas dalam segala pengambilan keputusannya tanpa memikirkan lagi kepentingan orang lain. Sehingga bisa saja terjadi saling tabrak dalam pencapaian kata kebebasan itu, yang pada akhirnya tetap saja merugikan si individu. Aturan sebenarnya bukanlah sebuah pengekang, tapi justru pelindung.

Misalnya saja aturan jam malam yang tak tertulis dari orang tua untuk anaknya. Aturan ini ada karena orang tua begitu menyayangi anaknya, hingga mereka khawatir jika sang anak masih berkeliaran di luar rumah di jam-jam malam. Bukan apa-apa sih, tau sendiri dong segimana rawannya jalanan sekarang kalau malam-malam. Kita sebagai anak memang memiliki kebebasan buat main atau nongkrong bareng teman-teman, tapi tanpa membuat orang tua kita engga bisa tidur semalaman karena mikirin anaknya yang belum pulang-pulang padahal malam dah larut banget. Itu egois namanya, sob!

Jadi bagi saya bebas yang absolut itu emang bener omong kosong, karena engga akan pernah ada kebebasan yang mutlak.Yang ada adalah kebebasan yang bertanggung jawab yang didasari pada aturan atau norma yang ada. Untuk apa? Ya, demi kepentingan manusia itu sendirilah. Karena bebas bukan berarti bablas tanpa batas.

Rabu, 15 Agustus 2012

Introvert Tak Berarti Antisosial

Banyak sekali orang yang menganggap saya sebagai seorang yang antisosial dikarenakan kepribadian saya yang introvert. Tapi saya tidak setuju dengan anggapan mereka, menurut saya tidak semua orang yang introvert bisa dikategorikan sebagai antisosial. Sebagai pribadi yang introvert saya memang cenderung pendiam dan tertutup, tapi saya tidak sepenuhnya menarik diri dari dunia luar.

Menurut Jonathan Rauch dalam artikelnya di The Atlantic Mountly edisi Maret 2003 introvert, introver, atau orang menyebutnya sebagai pendiam, biasanya perlu menyendiri berjam-jam setiap harinya, gemar mengobrol tentang ide dan perasaan, kadang bisa mempresentasikan sesuatu dengan baik di hadapan banyak orang, tetapi canggung saat berada pada kelompok yang lebih kecil. Mereka perlu “dipaksa” untuk datang ke pesta. Mereka tidak suka dengan pesta atau pertemuan sosial yang mengharuskannya bertemu dan berbicara dengan banyak orang. Bila pun menghadiri suatu pertemuan, ia berinteraksi dengan beberapa orang saja. Para pendiam juga lebih banyak mengambil peran sebagai pendengar.

Berbeda dengan antisosial yang merupakan sebuah gangguan kepribadian, di mana penderitanya tidak peduli dengan hak orang lain. Tindakan mereka tidak didasarkan pada apa pun kecuali hasrat mereka sendiri. Orang dengan gangguan ini menunjukkan pola perilaku impulsif, tidak bertanggung jawab, tidak dipikirkan, dan kadang-kadang kriminal. Mereka seringkali cerdas dan pandai berbicara, dengan kemampuan untuk mempesona dan memanipulasi orang lain. Mereka dapat menjadi penjahat keji yang sangat berbahaya bagi masyarakat karena kemampuan mereka untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dikombinasikan dengan kurangnya kesadaran atau rasa bersalah. Istilah lain yang terkait dengan gangguan ini adalah psikopat atau sosiopat.

Berdasarkan perbedaan definisi di atas saya merasa lebih nyaman menyebut diri saya sebagai pribadi yang introvert. Pribadi pendiam dan tertutup yang tidak terlalu suka keramaian tapi masih tetap peduli dengan hak orang lain. Ya, saya memang lebih suka mengurung diri di dalam kamar, entah membaca buku ataupun ’bermain’ di dunia maya, tapi sesekali mengikuti pertemuan dan mengobrol dengan sahabat-sahabat dekat apalagi keluarga juga sering saya lakukan. Merasa nyaman mengobrol dengan beberapa orang saja tak akan membuat saya lantas menutup diri sepenuhnya. Karena saya yakin, manusia sejatinya tak pernah bisa hidup sendirian.

Sumber:
kamuskesehatan.com/arti/gangguan-kepribadian-antisosial/
anakpohon.wordpress.com/2011/12/22/sikap-anti-sosial/
Design by BlogSpotDesign | Ngetik Dot Com